Debus merupakan Kesenian asli masyarakat Banten yang muncul di awal abad ke 16,
pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin (1532M-1570M) yang
mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Pada masa penjajahan belanda di era VOC, digunakan oleh masyarakat sebagai pembangkit semangat para pejuang Banten untuk
mengusir penjajah.
Debus dapat kita temui
dalam acara acara seni masyarakat di daerah Cilegon, serang, pandeglang,
Rangkasbitung dan daerah lain dibanten.
Dalam permainan
Debus didalamnya terdapat kombinasi dari seni ta ri, seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa magis
dengan atraksi kekebalan tubuh.
Bentuk aksi Debus
sangat bervariasi ada membuka kelapa hanya menggunakan mulut tanpa bantuan
alat, menelan api yang sangat panas, menusuk perut dengan gada, mengiris
anggota tubuh dengan pisau atau golok, memasukkan jarum kawat ke dalam lidah,
kulit pipi, leher dan anggota tubuh lainnya sampai tebus, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian
yang dikenakan hancur lumat namun kulitnya tetap utuh. Selain itu, juga ada
atraksi menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok
yang sangat tajam, serta bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling
Debus dengan segala kontroversinya
tetap merupakan tradisi, hiburan, seni dan potensi wisata masayarakat yang sudah menjadi warisan budaya Banten yang
melegenda dan patut dilestarikan.